TUGAS 2
"KRITIK ARSITEKTUR MUSIUM SERANGGA DAN STASIUN TANGERANG"
Eghi darmawan
22312386
Kritik merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Ciri pokok kritik adalah pembedaan dan bukan penilaian (misalnya : reaksi penduduk terhadap rancangan pemukiman dilakukan dengan metode penyampaian tanggapan).
Metode Kritik Interpretif
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Ada 2 teknik dalam menggunakan kritik ini, yaitu :
- Advocatory, Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
- Evocative, Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
Kritik Interpretif
Objek : Museum Serangga
Lokasi : Taman Mini Indonesia Indah
Museum Serangga di Taman Mini "Indonesia Indah" memiliki luas gedung 500 m2. Peresmian dan pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu Bapak Soeharto dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah, tanggal 20 April 1993. Saat baru memasuki area museum, pengunjung akan disambut oleh gerbang Museum Serangga dan Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupusayap burung. Di depan pintu museum duduk patung kumbang tanduk raksasa dan sepasang daun pintu kacapatri bermotif kupu-kupu.
Untuk ukuran sebuah museum, museum serangga di TMII ini memiliki ukuran yang kecil. tetapi museum ini memiliki koleksi yang baik bagus dan terawat. Ruang pameran yang bersih, pencahayaan yang cukup baik, dan memiliki pendingin ruangan (meskipun pada saat saya berkunjung, hanya beberapa ruangan saja yang terasa sangat dingin). Permasalahannya adalah tiket untuk mengunjungi museum serangga dengan museum air tawar dijadikan satu sehingga cukup menjadikannya museum dengan tarif masuk yang agak sedikit mahal.
Koleksi museum terdiri sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar 250 jenis) dan kumbang (sekitar 200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang daun, capung dancapung jarum, jangkrik dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah,kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetankering, museum menampilkan koleksi serangga hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksidipamerkan dalam kotak kaca. Dengan pencahayaan dan penataan yang cukup baik.
Secara keseluruhan museum ini memang cukup terawat dan bagus, hanya saja dalam penataan tata ruang ataupun interior dan keseluruhan bentuk bangunan terlihat monoton.
Metode Kritik Normatif
Dalam kritik normatif ini, kritikus mempunyai pemahaman yang diyakini dan kemudian menjadikan norma sebagai tolak ukur, karena kritik normatif merupakan salah satu cara mengkritisi berdasarkan prinsip tertentu yang diyakini menjadi suatu pola atau standar, dengan input dan output berupa penilaian kualitatif maupun kuantitatif.
Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
- Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai
- Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif.
- Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.
STASIUN TANGERANG
Kereta api adalah bentuk transportasi rel yang terdiri dari serangkaian kendaraan yang didorong sepanjang jalur kereta api untuk mengangkut kargo atau penumpang. Kereta api merupakan alat transportasi jarak jauh ataupun jarak dekat dengan jarak waktu tempuh yang lebih cepat dibandung jalur darat lainnya, misalkan bis ataupun kendaraan pribadi. Maka dari itu banyak warga berminat menggunakan alat transportasi ini.
Salah satu contohnya yaitu stasiun Tangerang yang berada di kota Tangerang tepatnya di pasar lama tangerang. Stasiun ini sering digunakan penumpang untuk jarak jauh antar kota dan juga sebagai jalur KRL
Gambar : pintu masuk stasiun tangerang
Stasiun ini bisa dibilang ramai karena berada di jalan yang strategis dan merupakan daerah pusat kota tangerang. Ditambah lagi letaknya disamping persis pasar lama yang merupakan pasar tertua di kota tangerang
Gambar : Pasar lama kota Tangerang
seperti kita ketahui, stasiun merupakan tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang kereta api. Bahkan tempat untuk membeli tiket dan juga menunggu kereta yang belum datang. Maka dari itu fasilitas yang dibutuhkan stasiun kereta api yaitu :
Fasilitas parkir di muka stasiun
Tempat penjualan tiket dan loket informasi
Peron atau ruang tunggu
Ruang kepala stasiun
Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur)
Ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di stasiun Tangerang, kereta yang ingin dinaikki pun masih belum dating, Lalu saya menunggu diruang tunggu dekat peron KRL
Gambar : Tempat menunggu & peron kereta
Gambar : tempat parkir & peron KRL
Bahkan kurangnya penyediaan loket tiket membuat antrian penumpang semakin parah, biasanya terjadi pada pagi hari ketika jam berangkat kerja, selain itu pada hari libur pun sering di padati penumpang yg ingin pergi jalan jalan.
Gambar : Loket tiket & pintu masuk
0 comments: