kritik arsitektur
Nama : Eghi Darmawan
Kelas : 4TB02
NPM :
22312386
1. KRITIK
DESKRIPTIF
Definisi
Bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan,
semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini
berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu.
Dibanding metode kritik lain descriptive criticism tampak lebih nyata(factual).
v Deskriptif mencatat
fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
v Lebih bertujuan pada
kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses
kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
v Lebih dipahami sebagai
sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang
ditampilkannya
v Tidak dipandang sebagai
bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat
bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Jenis Metode Kritik Deskriptif :
a.
Kritik Depiktif Depictive
Criticism (Gambaran bangunan)
Depictive
kritik tidak dapat disebut kritik sepenuhnya karena tidak menggunakan
pertanyaan baik atau buruk. Kritik ini focus pada bagian bentuk, material,
serta teksture. Depictictive kritik pada sebuah bangunan jarang digunakan
karena tidak menciptakan sesuatu yang controversial, dan dikarenakan cara
membawakan verbal mengenai fenomena fisik jarang provocative atau seductive to
menahan keinginan pembaca untuk tetap memperhatikan. Fotografi paling sering
digunakan ketika ketelitian dalam penggambaran bahan bangunan diinginkan.
v Static (Secara Grafis)
Memfokuskan pada elemen-elemen bentuk (form),
bahan (material), dan permukaan (texture). Dapat dilakukan melalui beberapa
cara survey antara lain : fotografi, diagram, pengukuran dan deskripsi verbal
(kata-kata)
v Dynamic
(Secara Verbal)
Aspek dinamis depictive mencoba melihat
bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan
dibuat. Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan?
Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah
lingkungan fisik? Bagaimana bangunan dipengaruhioleh kejadian-kejadian yang ada didalamnya dan disekitarnya?
v Process
(Secara Prosedural)
Merupakan satu bentuk depictive criticism yang
menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimanasebab-sebab lingkungan
fisik terjadi seperti itu. Kalau kritik yang lain dibentuk melalui
pengkarakteristikan informasi yang datang ketika bangunan itu telah ada, maka
kritik depictive (aspek proses) lebih melihat pada langkah-langkah keputusan
dalam proses desain yang meliputi :
Kapan bangunan itu mulai
direncanakan dan Bagaimana perubahannya.
b.
Kritik Biografis Biographical
Criticism (Riwayat Hidup)
Kritik
yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas
yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat
diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada
karya-karyanya secara spesifik.
c.
Kritik Kontekstual Contextual
Criticism (Persitiwa)
Untuk memberikan lebih ketelitian untuk lebih
mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam informasi dekriptif, informasi
seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan ekonomi konteks bangunan
yang telah didesain. kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia informasi
mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi
terlibat. Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke
informasi, mereka tidak mampu untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum
terhadap mereka. Tetapi informasi yang tidak controversial tentang konteks
suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.
Contoh
kritik deskriptif menurut metoda gambaran bangunan:
a.
Guangzhou Opera House
Location: Guangzhou,
Guangdong province, People's Republic of China
Client: Gluangzhou
Municipal Government
Architect: Zaha Hadid
Structural
engineers: SHTK (Shanghai, China); Guangzhou Pearl River Foreign Investment
Architectural Designing Institute
Construction
management: Guangzhou Construction Engineering Supervision Co. Ltd. (Guangzhou,
China)
Size: 70 000 m2
Costs: 220 milion $
Year: 2003-2010
Seperti
kerikil dalam aliran dihaluskan oleh erosi, Guangzhou Opera House berdiri dalam
harmoni yang sempurna dengan lokasi di tepi sungai. The Opera House adalah
jantung dari perkembangan kebudayaan Guangzhou. Desain batu kembarnya yang unik
meningkatkan nilai kota dengan cara menghadapkannya ke Sungai Pearl, menyatukan
bangunan budaya yang berdekatan dengan menara keuangan internasional di
Zhujiang kota baru Guangzhou. Auditorium 1.800 kursi dari Opera House merupakan
teknologi akustik yang sangat terbaru, dan ruang multifungsi 400 kursi yang
lenih kecil dirancang untuk pertunjukan seni, opera, dan konser. Desain
berkembang dari konsep pemandangan alam dan interaksi yang menarik antara
arsitektur dan alam; terlibat dengan prinsip-prinsip erosi, geologi, dan
topografi. Desain Guangzhou Opera House sangat dipengaruhi oleh lembah-lembah
sungai dan cara mereka diubah oleh erosi. Lipat baris dalam lanskap ini
menentukan wilayah dan zona dalam Opera House, memotong ngarai dramatis
interior dan eksterior untuk sirkulasi, lobi dan kafe, dan memungkinkan cahaya
alami untuk menembus jauh ke dalam gedung. Transisi halus antara unsur-unsur
yang berbeda dan tingkat yang berbeda melanjutkan analogi lanskap ini. Cetakan
khusus glass-fibre reinforced gypsum (GFRC) telah
digunakan untuk interior auditorium untuk melanjutkan bahasa arsitektur
fluiditas dan kelembutan.[http://www.freeformstructures.com/]
b.
Contoh
dari kritik arsitektur dengan pendekatan kritik deskriptif metoda depictive
criticism (gambaran bangunan), yaitu Dengan menjelaskan secara terstruktur
bagian-bagian bangunan yang mampu menggambarkan keseluruhan bangunan Teater
Jakarta.
Teater Jakarta
Pada
awalnya proyek ini bernama Grand Theater di Taman Ismail Marjuki yang akhirnya
berubah menjadi Teater Jakarta. Gedung teater ini merupakan kelanjutan dari
proyek masterplan yang didesain oleh Raul Renanda bersama Altelier 6 pada tahun
1995. Pelaksaannya baru dimulai pada tahun 1996 dan selesai dapat digunakan
pada tahun 2010. Konsep ini gabungan vernacular di Indonesia yang berdasarkan
ide dari struktur bangunan Toraja yang juga merupakan konsep bangunan joglo
sebagai potongan melintang dari bangunan teater ini. disajikan dalam tatanan
modern namun masih mempunyai nafas Indonesia.
Desain
Teater Jakarta
Maket
Teater Jakarta
Tampak
Depan Teater Jakarta
Tampak
Samping Teater Jakarta
Perspektif
Teater Jakarta
Detail
Teater Jakarta
Ruang
dengan kapasitas 1200 penonton dengan luas panggung 14 - 16 meter (w) dan 7 - 9
meter (h) dapat digunakan untuk berbagai pertunjukan (musik, teater, tari dll).
Dilengkapi dengan ruang lobby, 12 ruang rias, ruang latihan serta sistem tata
cahaya, tata suara, sistem auditorium dan pendingin ruangan.
Interior
Teater Jakarta
Kelebihan Kritik Deskriptif
Dengan
kritik ini kita bisa mengetahui suatu karya sampai seluk beluknya. Metode dari
deskripsi ini dapat di kritisi secara induktif, dari hal yang umum ke khusus
ataupun deduktif dari hal yang khusus ke umum. Metode kritik ini tidak bertujuan
untuk pengembangan karya selanjutnya seperti metode impresionis yang
menggunakan hasil kritik untuk karya selanjutnya.
Kekurangan Kritik Deskriptif
Hanya menjelaskan
secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
REFERENSI
2.
KRITIK
INTERPRETIF
Definisi
Karakteristik
utama kritik interpretif adalah kritikus dengan metode sangat personal.
Tindakannya bagaikan sebagai seorang interpreter atau pengamat tidak mengklaim
satu doktrin, sistem, tipe atau ukuran sebagaimana yang terdapat pada kritik
normatif. Kritik Interpretif punya kecenderungan karakteristik sebagai berikut
:
v Bentuk
kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin, klaim
objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.
v Kritikus
melalui kesan yang dirasakannya terhadap sebuah bangunan diungkapkan untuk
mempengaruhi pandangan orang lain bisa memandang sebagaimana yang dilihatnya.
v Menyajikan
satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan
(biasanya perubahan cara pandang dengan “metafor” terhadap bangunan yang kita
lihat)
v Melalui
rasa artistiknya disadari atau tidak kritikus mempengaruhi orang lain untuk
merasakan sama sebagaimana yang ia alami ketika berhadapan dengan bangunan atau
lingkungan kota.
v Membangun
karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya, ibarat
kendaraan.
Metode Interpretif
Kritik
interpretif dibagi dalam tiga metode sebagai berikut yaitu advokasi, evokasi
dan impresionis.
a. Kritik
Advokasi
v Kritik
ini tidak diposisikan sebagai
penghakiman (judgement) sebagaimana pada Normatif Criticism.
v Bentuk
kritiknya lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja dengan penjelasan
lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang terlupakan
v Isi
kritik tidak mengarahkan pada upaya yang memandang rendah orang lain
v Kritikus
mencoba menyajikan satu arah topik yang dipandang perlu untuk kita perhatikan
secara bersama tentang bangunan
v Kritikus
membantu kita melihat manfaat yang telah dihasilkan arsitek melalui bangunannya
dan berusaha menemukan pesona yang kita kira hanya sebuah objek menjemukan.
v Dalam
hukum kritik advokasi, kritiknya
tercurah terutama pada usaha mengangkat apresiasi pengamat.
b. Kritik
Evokasi
K a r a k t e r i s t i k
v Evoke
: menimbulkan, membangkitkan
v Ungkapan
sebagai pengganti cara kita mencintai bangunan
v Menggugah
pemahaman intelektual kita atas makna yang dikandung bangunan
v Membangkitkan
emosi rasa kita dalam memperlakukan bangunan
v Kritik
evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi rasional dalam menilai bangunan
v Kritik
evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan.
v Mendorong
orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan
kritikus
v Kritik
evokatif disampaikan dalam bentuk : naratif dan fotografi
- Kritik Naratif
Contoh : Kritik Peter Green (1974)
Perjalanan
ke Bawah Tanah London
Ketika
aku turun memasuki usus-ususmu London…
Melalui mulutmu yang lembab
Melalui bibirmu yang kering
Melalui ubinmu yang retak dan jalanmu
yang penuh luka
Melalui eskalatormu yang tiada berujung
Bergerak menggelinding dalam temaram
cahayamu
Bergelantung dalam kompartemenmu yang
merana
Bergelantung melintasi seluruh kota
Bergelantung melintasi benua
Bergelantung sembari menggapai
keseimbangan
Dan membaca dengan sebelah tangan
koran-koran raksasa
Jiwa melemah menghirup lagi udara yang
telah berpuluh-puluh kali dihirup
Aku mengelana dalam mimpi yang memuakkan
Melewati dinding-dindingmu yang kasar
Dan lorong-lorongmu yang bisu
Menari-nari berjejalan di sela tempat
dudukmu yang mahal
Dan ruang dansa yang lurus membosankan
Di kerumunan teman yang tak pernah
kukenal
Menuju keterasingan..
Musik yang tak berirama..
Kadang berdentum…
Kadang sunyi..
Diselingi cahaya yang melintas
Kadang terang berkilau
Kadang pendar temaram
Lintasanmu meliuk di bawah tanah
Menembus jalan-jalan sungai-sungai dan
rumah-rumah
Kadang turun menghunjam naik menukik
dan…
Kadang melata di tengah perut bumi..
Debu terbang di sela asapmu
Menyusup dan menyergap sesak napasku
Menggerincing di sepanjang lintasan
listrikmu
Angkutan
London…
Menyisakan kehangatan masa lalu
Di Sloane Square, seorang anak lai-laki
melintas
Menggiring seekor sapi dengan tambatan
Sapi putih kecoklatan
Hidung besar kemerahan
Ekornya menari-nari mengibas serangga
Puttingnya membengkak
Menatap dengan mata mengkilap
Sementara hitam di luar jendela mulai
merangkak
Dan mata dipenuhi oleh malam yang buta
Aku berdiri dalam hati yang mulai panas
Hening di tengah terowongan
Dan berdiri di atas kereta yang tak
sempurna
Sisa debu kemarin masih menempel
Koran-koran berdesir mengumpulkan
kesadaranku yang hamper hilang
Dan batuk-batuk gelisah masih belum reda
juga
Kami harus menyusuri malam
Duduk kembali mengunci dalam kesendirian
Kepala terkulai lelap
Dengkur-dengkur kelelahan menyelinap
dalam hening
Kelopak mata lelah kehilangan tenaganya
Lantai kereta….
Adalah lautan surat kabar, bungkus
permen, puntung rokok dan kertas-kertas tisu
Sesekali sepeda motor di luar menderu
melawan hiruk musik tak berirama
Lalu kembali sunyi
Dalam jam kami tak pernah tahu telah
berapa lama waktu habis bersamanya di sana
Hari pasti telah berlalu
Dan wanita hamil menunggu di atas kaki
letih dan kaku
Bau pesing keringat dan air seni berbaur
menciptakan aroma baru
Hari tampak menunggu malam
Bintang berpendar di luar di sela garis
hitam jendela
Pada jam lima pagi
Mereka bergerak kembali tanpa peringatan
Di Kensington Selatan..
Pintu-pintu terbuka
Mereka berhamburan bagai terlempar dalam
tumpukan jerami
Angin sepoi dingin menyelinap melalui
celah kereta
Ia kembali melintas seperti kemarin
Ia tak pernah lelah menyusuri seluruh
kota, benua dan…
Seluruh tempat pijak peradaban manusia…
- Fotografi :
Intensify (Kemudahan pemahaman)
|
Juxtaposition ( Penyandingan sesuatu yang kontras)
|
Ethereal (Suasana pemahaman yang mudah dari
referensi)
|
Assosiation ( Pengkaitan dengan hal-hal lain yang
eksotik)
|
Momen of Thruth ( Momen kebenaran)
|
c. Kritik
Impresionis
K a r a k t e r i s t i k
v Seniman
mereproduksi karyanya sendiri atau orang lain dengan konsekuensi adanya
kejemuan, sedang kritik selalu berubah dan berkembang. Impresi terhadap karya
mempengaruhi perancang untuk membuat perubahan dan perkembangan dalam
karya-karya berikutnya.
v Kritik
impressionis adakalanya dipandang sebagai parasit karena seringkali menggunakan
karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya keseniannya.
Karya yang telah ada menjadi kendaraan untuk menghasilan karya seni lain
melalui berbagai metode penyajian.
v Karya
yang asli berjasa bagi kritik sebagai area eksplorasi karya-karya baru yang
berbeda. Begitu juga sebaliknya kritik akan membaerikan impresi bagi pengkayaan
rasa, pengalaman dan apresiasi terhadap perkembangan teoritik ke depan.
v Kecantikan,
memberi kepada penciptaan unsur yang universal dan estetik, menjadikan kritikus
sebagai kreator, dan menghembuskan ribuan benda yang berbeda yang belum pernah
hadir dalam benaknya, yang kemudian terukir pada patung-patung, terlukis pada
panel-panel dan terbenam dalam permata-permata.
v Kritik
Impresionistik dapat berbentuk :
Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau
prosa
Caligramme : Paduan kata yang membentuk silhouette
Painting : Lukisan
Photo image :
Imagi foto
Modification of Building : Modifikasi bangunan
Cartoon : Focus pada bagian
bangunan sebagai lelucon
Contoh
kritik impressionis (narasi verbal) yang menggunakan ruang sebagai media
berkarya.
THE ROOM
Day
Lewis
Inilah
dunia dimana saya bisa pergi
Dan
menceritakan segala rahasiku kepadanya
Dalam
kamarku …
Dalam
dunia telah kukurung diriku
Dari
seluruh kecemasan dan ketakutanku
Dalam
kamarku …
Dapatkah
mimpi-mimpiku dan seluruh rencanaku
Kubangun
dan kumohonkan
Dapatkah
tangis dan keluhanku
Terhibur
seperti kemarin
Sekarang
telah gelap dan aku sendiri
Tetapi
aku tidak takut
Dalam
kamarku….
|
|
||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
K e u n t u n g a n K r i t i k
I m p r e s s i o n i s
v Menggugah
imaji tentang fakta menjadi lebih bermakna
v Dengan
cepat membuat pengamat menduga-duga sesuatu yang lain lebih dari sekadar sebuah
bangunan fisik
v Menggiring
pengamat untuk lebih seksama melihat sebuah karya seni
v Mampu
membangkitkan analisis objek yang sebelumnya tampak sulit atau sebaliknya
membuat kompleks yang sebelumnya tampak sederhana
v Membuat
lingkungan lebih terlihat dan mudah diingat
Contoh Kritik
Interpretif
Objek : Museum
Serangga
Lokasi : Taman Mini
Indonesia Indah
Museum Serangga di
Taman Mini "Indonesia Indah" memiliki luas gedung 500 m2. Peresmian
dan pembukaannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu
Bapak Soeharto dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-18 Taman Mini Indonesia Indah,
tanggal 20 April 1993. Saat baru memasuki area museum, pengunjung akan disambut
oleh gerbang Museum Serangga dan Taman Kupu yang bertengger baliho kupu-kupu
sayap burung. Di depan pintu museum duduk patung kumbang tanduk raksasa
dan sepasang daun pintu kaca patri bermotif kupu-kupu.
Gambar 1. Gambar Patung
Kumbang Tanduk Raksasa
Gambar 2. Gambar
Pintu Masuk Taman Kupu - Kupu
Gambar 3. Gambar
Pintu MasukBangunan yang Terbuat dari
Kaca Patri yangBermotif
Kupu - Kupu
Untuk ukuran sebuah
museum, museum serangga di TMII ini memiliki ukuran yang kecil. Tetapi museum
ini memiliki koleksi yang baik bagus dan terawat. Ruang pameran yang bersih,
pencahayaan yang cukup baik, dan memiliki pendingin ruangan (meskipun pada saat
saya berkunjung, hanya beberapa ruangan saja yang
terasa sangat dingin). Permasalahannya adalah tiket untuk mengunjungi museum serangga dengan museum air tawar dijadikan satu sehingga cukup menjadikannya museum dengan tarif masuk yang agak sedikit mahal.
terasa sangat dingin). Permasalahannya adalah tiket untuk mengunjungi museum serangga dengan museum air tawar dijadikan satu sehingga cukup menjadikannya museum dengan tarif masuk yang agak sedikit mahal.
Gambar 4.
Gambar Kumpulan Berbagai Jenis Serangga dari Nusantara
Gambar 5.
Gambar Peta Kupu - Kupu Di Indonesia
Koleksi museum terdiri
sekitar 600 jenis serangga, didominasi oleh kupu-kupu (sekitar
250 jenis) dan kumbang (sekitar
200 jenis). Koleksi lain mencakup belalang ranting dan belalang
daun, capung dancapung jarum, jangkrik
dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah,kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan koleksi serangga hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi dipamerkan dalam kotak kaca. Dengan pencahayaan dan penataan yang cukup baik.
dan gangsir, kecoak, ngengat, orong-orong/anjing tanah,kerabat tonggeret. Selain spesimen serangga awetan kering, museum menampilkan koleksi serangga hidup yaitu belalang ranting dan belalang daun. Seluruh koleksi dipamerkan dalam kotak kaca. Dengan pencahayaan dan penataan yang cukup baik.
Gambar 6. Gambar Beberapa
Koleksi Museum Serangga
Gambar 7. Gambar
Beberapa Pencahayaan yang Dimiliki Museum Serangga
Secara keseluruhan
museum ini memang cukup terawat dan bagus, hanya saja dalam penataan tata ruang
ataupun interior dan keseluruhan bentuk bangunan terlihat monoton.
Kelebihan Kritik
Interpretif
Didalam
kritik ini, tindakan seorang interpreter atau pengamat tidak mengklaim satu
doktrin, sistem, tipe atau ukuran.
Kekurangan Kritik
Interpretif
Hanya
menyajikan satu arah topik yang dipandang perlu untuk kita perhatikan secara
bersama tentang bangunan.
REFERENSI
3.
Kritik
Impressionistik
Definisi
v
Seniman mereproduksi karyanya sendiri atau orang
lain dengan konsekuensi adanya kejemuan, sedang kritik selalu berubah dan
berkembang
v
Kritik
impressionis adakalanya dipandang sebagai parasit
v
Kritik impressionis menggunakan karya seni atau
bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya keseniannya
v
Karya yang asli berjasa bagi kritik sebagai area
eksplorasi karya-karya baru dan berbeda
v
Kecantikan, memberi kepada penciptaan unsur yang
universal dan estetik, menjadikan kritikus sebagai kreator, dan menghembuskan
ribuan benda yang berbeda yang belum pernah hadir dalam benaknya, yang kemudian
terukir pada patung-patung, terlukis pada panel-panel dan terbenam dalam
permata-permata.
Bentuk
Metode Kritik Impresionistik
Kritik Impresionistik dapat berbentuk :
v
Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa
v Caligramme
: Paduan kata
membentuk silhouette
v Painting : Lukisan
v Photo
image : Imagi foto
v Modification
of Building : Modifikasi bangunan
v Cartoon : Focus pada
bagian bangunan sebagai lelucon
Contoh
Metode Kritik Impresionistik
v
NARASI VERBAL yang menggunakan ruang sebagai
media berkarya.
THE ROOM
Day Lewis
Inilah dunia dimana saya bisa pergi
Dan menceritakan segala rahasiku kepadanya
Dalam kamarku …
Dalam dunia telah kukurung diriku
Dari seluruh kecemasan dan ketakutanku
Dalam kamarku …
Dapatkah mimpi-mimpiku dan seluruh rencanaku
Kubangun dan kumohonkan
Dapatkah tangis dan keluhanku
Terhibur seperti kemarin
Sekarang telah gelap dan aku sendiri
Tetapi aku tidak takut
Dalam kamarku….
v Contoh
lainnya metode kritik Impressionistik
Kelebihan
Kritik Impressionistik
v Menggugah
imaji tentang fakta menjadi lebih bermakna
v Dengan
cepat membuat pengamat menduga-duga sesuatu yang lain lebih dari sekadar sebuah
bangunan fisik
v Menggiring
pengamat untuk lebih seksama melihat sebuah karya seni
v Mampu
membangkitkan analisis objek yang sebelumnya tampak sulit atau sebaliknya membuat
kompleks yang sebelumnya tampak sederhana
v Membuat
lingkungan lebih terlihat dan mudah diingat
Kekurangan
Kritik Impressionistik
v Kritik
seolah tidak berkait dengan arsitektur
v Interpretasi
menjadi lebih luas dan masuk dalam wilayah bidang ilmu lain
v Pesan
perbaikan dalam arsitektur tidak tampak secara langsung
v Menghasikan
satu interpretasi yang bias tentang hakikat arsitektur.
REFERENSI
4.
KRITIK
NORMATIF
Definisi
Hakikat
kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan
dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu
model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan melalui ini
kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai. Norma bisa jadi
berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif
dan tidak dapat dikuantifikasikan. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit
dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah
benda konstruksi. Sebagai contoh adalah slogan yang berkembang pada beberpa
Negara dan berperan kuat terhadap perkembangan arsitektur seperti form follow function.
Metode Kritik Normatif
Karena
kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normatif perlu dibedakan dalam
metode sebagai berikut :
v Metoda
Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak
terukur)
v Metoda
Sistemik ( suatu norma penyusunan elemenelemen yang saling berkaitan untuk satu
tujuan)
v Metoda
Tipikal ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu
kategori bangunan spesifik)
v Metoda
Terukur ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik
secara kuantitatif)
Ø Metoda Kritik Doktrinal
Doktrin
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang berangkat dari
keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.
v Sejarah
arsitektur dapat meliputi : Nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek
budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.
v Melalui
sejarah, kita mengenal : Form Follow Function - Function Follow Form Form
Follow Culture - Form Follow World View Less is More - Less is Bore Big is
beauty – Small is beauty Buildings should be what they wants to be Building
should express : Structure, Function, Aspiration, Construction Methods,
Regional Climate and Material Ornament is Crime - Ornament makes a sense of
place, genius loci or extence of architecture.
v Doktrin
bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu ‘ISME’
yang dianggap paling baik. K E U N T U N G A N M E T O D A K
Ø Kelebihan Metoda Kritik Doktrinal
v Dapat
menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar dalam
arsitektur
v Dapat
memberi arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
v Dapat
memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang
v Dengan
doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
v Memberikan
kepastian dalam arsitektur yang ambigu
v Memperkaya
penafsiran
Ø Kekurangan Metoda Kritik Doktrinal
v Mendorong
segala sesuatunya tampak mudah
v Mengarahkan
penilaian menjadi lebih sederhana
v Menganggap
kebenaran dalam lingkup yang tunggal
v Meletakkan
kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual
v Memandang
arsitektur secara partial
v Memungkinkan
tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”
v Memperlebar
tingkat konflik dalam wacana teoritik arsitektur
Ø Sejarah Eksisting Doktrin
v Utilitarian
-Doktrin yang mengacu
pada progress harga
-Keputusan arsitektur
pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas
v Preservasionist
- Doktrin yang
cenderung mengacu pada isme lama
-Berorientasi pada
paham yang bersifat immateri
-Tidak berorientasi pada
bahan atau material
v Tidy
Minded
- Doktrin yang mengacu
pada keteraturan
-Tahap pengambilan
keputusan yang sistematik
-Berpikir detail dan
cermat sebelum melanjutkan pada langkah
berikutnya
v The
Improver
- Berpikir inovatif
- Menggali
kemungkinan-kemungkinan baru dari kegagalan masa lalu
-Menyesuaikan pola-pola
yang ada terhadap pola-pola baru yang muncul -Ada keinginan yang kuat untuk
mempertinggi kualitas karena kebaruan
Ø Kesimpulan dalam Metoda Kritik
Doktrinal
v Tidak
etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan fungsi
mutakhir
v Tidak
etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan sebelumnya
v Jika
akan mereproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini harus
dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat
v Bahwa
desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang tepat
v Secara
sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap seseorang dan
tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan masyarakatnya
REFERENSI
5.
KRITIK
TERUKUR
Definisi
Sekumpulan dugaan yang
mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif. Metode kritik
dengan melihat ukuran dan besaran ruang yang digunakan dalam sebuah bangunan
dengan acuan standarisasi dengan bangunan lainnya. dan juga dapat mengacu pada
standarisasi yang telat ditetapkan dalam Data Arsitektur (Neufert Architect's
Data) dan Time Saver.
Hakikat
Metode Kritik Terukur
v Kritik
Pengukuran menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam
observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika
tertentu.
v Norma
pengukuran digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini sebagai
bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam.
v Pengolahan
melalui statistik atau teknik lain akan mengungkapkan informasi baru tentang
objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi.
v Bilangan
atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan
diperkirakan pelaksanaannya.
v Standardisasi
pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa : Ukuran batas minimum atau
maksimum, Ukuran batas rata-rata (avarage), Kondisi-kondisi yang dikehendaki
Contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan
menjelaskan beberapa sandard normatif : Batas maksimal ketinggian bangunan,
sempadan bangunan, Luas terbangun, ketinggian pagar yang diijinkan.
v Adakalanya
standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda
kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma
Contoh : Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara
seni di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui
standardisasi harga-harga.
v Norma
atau standard yang digunakan dalam Kritik pengukuran yang bergantung pada
ukuran minimum/maksimum, kondisi yang dikehendaki selalu merefleksikan berbagai
tujuan dari bangunan itu sendiri.
v Tujuan
dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut:
Tujuan Teknis ( Technical Goals) Tujuan Fungsi ( Functional Goals) Tujuan
Perilaku ( Behavioural Goals)
Tujuan
Teknis Metode Kritik Terukur
Kesuksesan bangunan dipandang dari
segi standardisasi ukurannya secara teknis Contoh : Sekolah, dievaluasi dari
segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :
v Stabilitas
Struktur
- Daya tahan terhadap beban struktur
-Daya tahan terhadap benturan
-Daya dukung terhadap beban yang
melekat terhadap bahan
-Ketepatan instalasi elemen-elemen
yang di luar sistem
v Ketahanan
Permukaan Secara Fisik
-Ketahanan permukaan
-Daya tahan terhadap gores dan
coretan
-Daya serap dan penyempurnaan air
v Kepuasan
Penampilan dan Pemeliharaan
- Kebersihan dan ketahanan terhadap
noda
-Timbunan debu
Tujuan
Fungsi Metode Kritik Terukur
Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus
maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan
untuk aktifitas.
Pertimbangan yang diperlukan :
v Keberlangsungan
fungsi dengan baik
v Aktifitas
khusus yang perlu dipenuhi
v Kondisi-kondisi
khusus yang harus diciptakan
v Kemudahan-kemudahan
penggunaan,
v Pencapaian
dan sebagainya.
Tujuan
Perilaku Metode Kritik Terukur
v Bangunan
tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan
baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu dan Kognisi
mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan.
Behaviour Follow Form
v Lozar
(1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in Carson,
Daniel,(ed) “ManEnvironment Interaction-5” Environmental Design Research
Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga
kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :
Persepsi Visual
Lingkungan Fisik
v Menunjuk
pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual
tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.
Sikap umum terhadap
aspek lingkungan fisik
v Hal
ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai
ragam objek atau situasi
v Hal
ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau
penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.
Perilaku yang secara
jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia.
v Dalam
skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu
(pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok
sosial dsb.
v Dalam
skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture,
mesin atau penutup permukaan.
v Teknik
pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang
sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi
langsung, observasi rangsangan sensor.
Kelebihan Kritik Terukur
Metodenya
terukur secara kuantitatif. Memiliki Pertimbangan yang diperlukan dalam tujuan
fungsi metode kritik terukur.
Kekurangan Kritik Terukur
kegiatan
pendapat atau tanggapan terhadap sesuatu hal yang disertai dengan uraian dan
pertimbangan baik buruknya hal tersebut , tetapi mengkritik biasanya lebih
cenderung dikaitkan dengan hal-hal yang dinilai kurang baik atau buruk.
REFERENSI
Definisi
Kritik
Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang
termasuk pada kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik
Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang
dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
Hakikat Metode Kritik Typical
v Studi
tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian teoritikus dan sejarawan
arsitektur karena desain menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type
yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi)
v Studi
tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, fungsi (utility) dan ekonomi
lingkungan arsitektur yang telah terstandarisasi dan terangkum dalam satu
typologi
v Menurut
Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles,
“Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller : Type pemecahan standard
justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat
diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk
mengurangi kompleksitas.
v March,
Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT
Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah
rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear
dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.
v Typical
Criticsm diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan
manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan
fisik
Elemen Kritik Typical
v Struktural
(Struktur) Tipe ini
didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan
material dan pola yang sama.
• Jenis bahan
• Sistem struktur
• Sistem Utilitas dan sebagainya.
v Function
(Fungsi)
Hal ini didasarkan pada
pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya
sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
• Kebutuhan pada ruang kelas
• Kebutuhan auditorium
• Kebutuhan
ruang terbuka dsb.
v Form
(Bentuk)
• Diasumsikan bahwa ada
tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap
memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
• Penilaian secara
kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan
dikembangkan variasinya.
• Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah
memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa
berikutnya.
Menurut
Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard : Secara simbolis dan
ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan
dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan
dan inspirasi utama manusia. Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos
dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol
transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.
Contoh
Analisis Bangunan yang Menggunakan Metode Kritik Typikal
1. Obyek
yang dianalisis : Depok
Town Square
Bangunan
pembanding sejenis : Cilandak Town
Square
Depok
Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan
Margonda Raya, Depok. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk
berbelanja bagi penduduk yang bermukim di Depok.
Cilandak
Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di daerah
Cilandak. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk berbelanja bagi
penduduk yang bermukim di daerah Jakarta Selatan.
Dalam
hal ini Citos merupakan salah satu Town Square pertama yang berdiri di kota
Jakarta dan telah banyak menginspirasi bangunan publik sejenisnya dalam hal
perancangan arsitekturnya. Maka dari itu dengan menggunakan metode kritik
tipikal akan dibandingkan kedua bangunan public sejenis ini dengan parameter
yang disediakan sehingga dapat diketahui apakah Detos sudah memenuhi standar
untuk menjadi sebuah Town Square di kota Depok.
v Keterangan
:
Detos : Depok Town
Square
Citos : Cilandak
Town Square
v Elemen
Struktur :
v Jenis
Bahan;
·
Detos :
Fasad
bangunan : kaca, beton dan besi
Struktur
: kolom dan balok beton
Plat
Lantai
: keramik marmer
·
Citos :
Fasad
bangunan : kaca dan beton
Struktur
: kolom dan balok beton
Plat
Lantai
: plat beton dengan finishing cat
v Sistem
Struktur
Detos
: kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang
Citos
: kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang
v Sistem
Utilitas
Detos
: sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac,
listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar.
Citos
: sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac,
listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar hanya saja kebersihan dan
keterawatannya jauh lebih baik dari Detos.
v Fungsi
Bangunan
Detos
: Bangunan komersial yang lebih mengarah ke pusat perbelanjaan. Oleh karena itu
Detos memiliki banyak kios-kios untuk disewakan dibandingkan dengan Citos.
Citos
: Bangunan komersial yang lebih mengarah ke tempat hang-out(berkumpul).
Memiliki banyak cafe dan restoran dengan konsep interior yang baik.
v Bentuk
Bangunan
Detos
: Bentuk bangunan terlihat masif dan perancangannya lebih mengutamakan space
untuk ruang dalam yang luas(memaksimalkan lahan untuk bangunan). Untuk
memberikan efek modern dan asimetris pada fasad diberikan bentukan-bentukan
yang unik dengan menggunakan material yang bervariasi baik warna dan
jenisnya.
Citos
: Bentuk bangunan memanjang (linier) dan lebih mengutamakan perancangan ruang
terbukanya, perancangan interior terlihat lebih terbuka dan sadar l;ingkungan
dengan banyaknya teras dan balkon serta awning polikarbonat yang memberikan
pencahayaan alami ketika siang hari.
Kesimpulan
Dari
hasil analisis dengan metode tipikal didapat hasil bahwa bangunan Detos sudah
cukup memenuhi kriteria untuk menjadi bangunan publik berdasarkan cukup
banyaknya hasil yang sama dari parameter yang dijadikan standar. Citos sebagai
bangunan Town Square yang pertama ada di Jakarta telah memberikan inspirasi
bagi Depok Town Square untuk mengadopsi nilai-nilai dalam perancangan sebuah
Town Square. Ada pun yang masih perlu diperhatikan adalah perancangan ruang
terbuka harus diperhatikan agar kesan Town Square semakin terlihat.
Kelebihan
Kritik Typikal
v Desain
dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu
v Tidak perlu mencari lagi panduan setiap
mendesain
v Tidak
perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi
v Dapat
mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
v Tidak
memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain
Kekurangan Kritik Typikal
v Desain
hanya didasarkan pada solusi yang minimal
v Sangat
bergantung pada tipe yang sangat standard
v Memiliki
ketergantungan yang kuat pada satu type
v Tidak
memeiliki pemikiran yang segar
v Sekadar
memproduksi ulang satu pemecahan
Akibat yang Ditimbulkan Kritik
Typikal
v Munculnya
Semiotica dalam arsitektur, satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign
systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar
menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur
sebagai bentuk PSEUDO THEORITIC
v Munculnya
Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
v Banyak
penelitian yang mengarah pada hanya sekadar penampilan bentuk bangunan
v Lahirnya
arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan yang bersifat individual.
v Munculnya
satu bentuk tipikal arsitektur yang eternal dan menguasai daya kreasi perancang
v Lahirnya
periode historis suatu konsep menjadi sebuah paham yang bersifat kolektif
REFERENSI
0 comments: